Apa masih banyak yg main di WordPress

Featured

Apa kabar teman…….

Kayaknya WordPress sdh kalah bersaing dengan Facebook, Instagram, Twitter, Wa….

Web ini seperti rumah yg sudah lama tdk ditinggali…..

Tapi kisah lama masih bisa dibaca dan membuka kenangan lama….

Tdk tersa umur jga tetap berjalan, dan sdh tdk muda lagi……

Jkt, 5 Maret 2020

Wahyu

Ihsan tingkat yang tertinggi dari Takwa

Ihsan, Berbuat Yang Terbaik
Tim dakwatuna 20/10/09 | 14:29 Aqidah Ada 5 komentar 22.159 Hits
dakwatuna.com
– Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hambah Allah SWT. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah SWT. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena, Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya yang shahih. Hadist ini menceritakan saat Raulullah saw. menjawab pertanyaan Malaikat Jibril—yang menyamar sebagai seorang manusia—mengenai Islam, iman, dan ihsan. Setelah Jibril pergi, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya :
فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ )). رواه مسلم
“Inilah Jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.” Beliau menyebut ketiga hal di atas sebagai agama, dan bahkan Allah SWT memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-Qur`an.
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (al-Baqarah: 195)
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….”(an-Nahl: 90)
Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari kata حَسُنَ yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah اِحْسَانْ, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini.
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah SWT.
Landasan Syar’i Ihsan.
Pertama, Al-Qur`an
Dalam Al-Qur`an, terdapat seratus enam puluh enam ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.
“…Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (al-Baqarah:195)

“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….” (an-Nahl: 90)
“…serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….” (al-Baqarah: 83)
“…Dan berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan para hamba sahayamu….” (an-Nisaa`: 36)
Kedua; As-Sunnah.
Rasulullah saw. pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadist-hadist mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan—ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan :
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda:
اِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ اْلِاحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ , فَاِذَا قَتَلْتُمْ فَاَحْسِنُوْ الْقَتْلَةَ وَ اِذَا ذَبَحْتُمْ فَاَحْسِنُوْ الذَّبْحَةَ
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik…” (HR. Muslim)
Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak. Ketiga hal ini lah yang menjadi pokok bahasan kita kali ini.
1. A. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan ini lah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah saw yang berbunyi, “Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yang mubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah saw. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.

Tingkatan Ibadah dan Derajatnya.
Berdasarkan nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada setiap tingkatan derajatnya masing-masing seorang hamba tidak dapat mengukurnya. Karena itulah, kita berlomba untuk meraihnya. Pada setiap derajat, ada tingkatan tersendiri dalam surga. Yang tertinggi adalah derajat muhsinin, ia menempati jannatul firdaus, derajat tertinggi di dalam surga. Kelak, para penghuni surga tingkat bawah akan saling memandang dengan penghuni surga tingkat tertinggi, laksana penduduk bumi memandang bintang-bintang di langit yang menandakan jauhnya jarak antara mereka.
Adapun tiga tingkatan tersebut adalah sebagai berikut.
1.Tingkat at-Takwa, yaitu tingkatan paling bawah dengan derajat yang berbeda-beda.
2. Tingkat al-Bir, yaitu tingkatan menengah dengan derajat yang berbeda-beda.
3.Tingkat al-Ihsan, yaitu tingkatan tertinggi dengan derajat yang berbeda-beda pula.

Pertama,Tingkat Takwa.

Tingkat taqwa adalah tingkatan dimana seluruh derajatnya dihuni oleh mereka yang masuk katagori al-Muttaqun, sesuai dengan derajat ketaqwaan masing-masing.
Takwa akan menjadi sempurna dengan menunaikan seluruh perintah Allah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Hal ini berarti meninggalkan salah satu perintah Allah dapat mengakibatkan sangsi dan melakukan salah satu larangannya adalah dosa. Dengan demikian, puncak takwa adalah melakukan seluruh perintah Allah dan meninggalkansemualarangan-Nya.
Namun, ada satu hal yang harus kita fahami dengan baik, yaitu bahwa Allah SWT Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya yang memiliki berbagai kelemahan, yang dengan kelemahannya itu seorang hamba melakukan dosa. Oleh karena itu, Allah membuat satu cara penghapusan dosa, yaitu dengan cara tobat dan pengampunan. Melalui hal tersebut, Allah SWT akan mengampuni hamba-Nya yang berdosa karena kelalaiannya dari menunaikan hak-hak takwa. Sementara itu, ketika seorang hamba naik pada peringkat puncak takwa, boleh jadi ia akan naik pada peringkat bir atau ihsan.
Peringkat ini disebut martabat takwa, karena amalan-amalan yang ada pada derajat ini membebaskannya dari siksaan atas kesalahan yang dilakukannya. Adapun derajat yang paling rendah dari peringkat ini adalah derajat dimana seseorang menjaga dirinya dari kekalnya dalam neraka, yaitu dengan iman yang benar yang diterima oleh Allah SWT.

Kedua,Tingkatal-Bir.

Peringkat ini akan dihuni oleh mereka yang masuk kategori al-Abrar. Hal ini sesuai dengan amalan-amalan kebaikan yang mereka lakukan dari ibadah-ibadah sunnah serta segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT. hal ini dilakukan setelah mereka menunaikan segala yang wajib, atau yang ada pada peringkat sebelumnya, yaitu peringkat takwa.
Peringkat ini disebut martabat al-Bir (kebaikan), karena derajat ini merupakan perluasan pada hal-hal yang sifatnya sunnah, sesuatu sifatnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan tambahan dari batasan-batasan yang wajib serta yang diharamkan-Nya. Amalan-amalan ini tidak diwajibkan Allah kepada hamba-hamba-Nya, tetapi perintah itu bersifat anjuran, sekaligus terdapat janji pahala didalamnya.
Akan tetapi, mereka yang melakukan amalan tambahan ini tidak akan masuk kedalam kelompok al-bir, kecuali telah menunaikan peringkat yang pertama, yaitu peringkat takwa. Karena, melakukan hal pertama merupakan syarat mutlak untuk naik pada peringkat selanjutnya.
Dengan demikian, barangsiapa yang mengklaim dirinya telah melakukan kebaikan sedang dia tidak mengimani unsur-unsur qaidah iman dalam Islam, serta tidak terhidar dari siksaan neraka, maka ia tidak dapat masuk dalam peringkat ini (al-bir). Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya.
“…Bukanlah kebaikan dengan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebaikan itu adalah takwa, dan datangilah rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.” (al-Baqarah: 189)
”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan orang yang menyeru kepada iman, yaitu: Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbuat baik.” (Ali ‘Imran: 193)
Ketiga, Tingkatan Ihsan
Tingkatan ini akan dicapai oleh mereka yang masuk dalam kategori Muhsinun. Mereka adalah orang-orang yang telah melalui peringkat pertama dan yang kedua (peringkat takwa dan al-bir).
Ketika kita mencermati pengertian ihsan dengan sempurna—seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya, maka kita akan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa ihsan memiliki dua sisi: Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keikhlasan dan jujur pada saat beramal. Ini adalah ihsan dalam tata cara (metode). Kedua, ihsan adalah senantiasa memaksimalkan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, selama hal itu adalah sesuatu yang diridhai-Nya dan dianjurkan untuk melakukannya.
Untuk dapat naik ke martabat ihsan dalam segala amal, hanya bisa dicapai melalui amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah yang dicintai oleh Allah, serta dilakukan atas dasar mencari ridha Allah.
B. Muamalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah SWT pada surah an Nisaa’ ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu…”
Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam bahasannya. Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
Pertama, Ihsan kepada kedua orang tua.
Allah SWT menjelaskan hal ini dalam kitab-Nya.
“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berumr lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik aku diwaktu kecil.” (al-Israa’: 23-24)
Ayat di atas mengatakan kepada kita bahwa ihsan kepada ibu-bapak adalah sejajar dengan ibadah kepada Allah.
Dalam sebuah hadist riwayat Turmuzdi, dari Ibnu Amru bin Ash, Rasulullah saw. Bersabda :
رِضَى اللهُ فِى رِضَى اْلوَالِدَيْنِ وَ سُخْطُ اللهِ فِى سُخْطِ اْلوَاِلدَيْنِ
“Keridhaan Allah berada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan orang tua.”
Dalil di atas menjelaskan bahwa ibadah kita kepada Allah tidak akan diterima, jika tidak disertai dengan berbuat baik kepada kedua orang tua. Apabila kita tidak memiliki kebaikan ini, maka bersamaan dengannya akan hilang ketakwaan, keimanan, dan keislaman. Dan Akhlak kepada sesama manusia yang paling utama kepada kedua orang tua, berakhlak kepada mereka adalah dengan berbakti kepada keduanya, baik ketika hidup aupun setelah wafatnya, sebagimana hadits Nabi :
عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ السَّاعِدِيِّ قَالَ بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا(رواه ابو داود)
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idy berkata : “Tatkala kami sedngan bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah seraya bertanya : “Ya Rasulallah apakah masih ada kesempatan untuk saya berbakti kepada Ibu Bapak saya setekah keduanya wafat?” Nabi menjawab : “Ya, dengan mendoakan keduanya, memohon ampun unyuknya, melaksanakan janjinya dan menyambung silaturrahmi dari sanak saudarnya serta memuliakan teman-temannya
Kedua, Ihsan kepada kerabat karib.
Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan yang baik dengan mereka, bahkan Allah SWT menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silatuhrahmi dengan perusak dimuka bumi. Allah berfirman :
”Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan.?” (Muhammad: 22)
Silaturahmi adalah kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah. Hal ini dikarenakan sebab paling utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:
أَنَا اللَّهُ وَأَنَا الرَّحْمَنُ خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ
“Aku adalah Allah, Aku adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Ku sambungkan pula baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Ku putuskan hubunganku dengannya.” (HR. Turmuzdi)

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan tali silaturahmi.” (HR. Syaikahni dan Abu Dawud)
Ketiga, Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin.
Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Dawud, dan Turmuzdi, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini…(seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya).”
Diriwayatkan oleh Turmuzdi, Nabi saw. Bersabda :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَبَضَ يَتِيمًا مِنْ بَيْنِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى طَعَامِهِ وَشَرَابِهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ إِلَّا أَنْ يَعْمَلَ ذَنْبًا لَا يُغْفَرُ لَهُ
Dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa—dari Kaum Muslimin—yang memelihara anak yatim dengan memberi makan dan minumnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga selamanya, selama ia tidak melakukan dosa yang tidak terampuni.”

Keempat, Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat.
Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah.
Adapun yang dimaksud teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan, ma’had, dan sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam katagori tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan sebagai kerabat. Rasulullah saw. menjelaskan hal ini dalam sabdanya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُسْلِمُ عَبْدٌ حَتَّى يَسْلَمَ قَلْبُهُ وَلِسَانُهُ وَلَا يُؤْمِنُ حَتَّى يَأْمَنَ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata, bersabda Rasulullah SAW : Demi Yang jiwaku berada di tangan-NYA tidaklah selamat seorang hamba sampai hati dan lisannya selamat (tidak berbuat dosa) dan tidaklah beriman (sempurna keimanannya) seorang hamba sehingga tetangganya merasa aman dari gangguannya. (HR.Ahmad)
Pada hadits yang lain, Rasulullah bersabda :
لاَ يُؤْمِنُ بِي مَنْ باَتَ شَبْعَانًا وَ جَارُهُ جَا ئِعٌ وَهُوَ يَعْرِفُهُ
“Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. ath-Thabrani)

Kelima, Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya.
Rasulullah saw. bersabda mengenai hal ini :
َمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Jama’ah, kecuali Nasa’i)
Selain itu, ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukinya jalan jika ia meminta, dan memberinya pelayanan.
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَمْ أَعْفُو عَنْ الْخَادِمِ فَصَمَتَ عَنْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَمْ أَعْفُو عَنْ الْخَادِمِ فَقَالَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعِينَ مَرَّةً

Pada riwayat yang lain, dikatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Ya, Rasulullah, berapa kali saya harus memaafkan hamba sahayaku?” Rasulullah diam tidak menjawab. Orang itu berkata lagi, “Berapa kali ya, Rasulullah?” Rasul menjawab, “Maafkanlah ia tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Abu Daud dan at-Turmuzdi)
إِذَا صَنَعَ لِأَحَدِكُمْ خَادِمُهُ طَعَامَهُ ثُمَّ جَاءَهُ بِهِ وَقَدْ وَلِيَ حَرَّهُ وَدُخَانَهُ فَلْيُقْعِدْهُ مَعَهُ فَلْيَأْكُلْ فَإِنْ كَانَ الطَّعَامُ مَشْفُوهًا قَلِيلًا فَلْيَضَعْ فِي يَدِهِ مِنْهُ أُكْلَةً أَوْ أُكْلَتَيْنِ

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw bersabda, “Jika seorang hamba sahaya membuat makanan untuk salah seorang diantara kamu, kemudian ia datang membawa makanan itu dan telah merasakan panas dan asapnya, maka hendaklah kamu mempersilahkannya duduk dan makan bersamamu. Jika ia hanya makan sedikit, maka hendaklah kamu mememberinya satu atau dua suapan.” (HR. Bukhari, Turmuzdi, dan Abi Daud)
Adapun muamalah terhadap pembantu atau karyawan dilakukan dengan membayar gajinya sebelum keringatnya kering, tidak membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak sanggup melakukannya, menjaga kehormatannya, dan menghargai pridainya. Jika ia pembantu rumah tangga, maka hendaklah ia diberi makan dari apa yang kita makan, dan diberi pakaian dari apa yang kita pakai.
Pada akhir pembahasan mnegenai bab muamalah ini, Allah SWT menutupnya firman-Nya yang berbunyi :
”Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (al-Hajj: 38)
Ayat di atas merupakan isyarat yang sangat jelas kepada siapa saja yang tidak berlaku ihsan. Bahkan, hal itu adalah pertanda bahwa dalam dirinya ada kecongkakan dan kesombongan, dua sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
Keenam, Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Masih riwayat dari Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda :
قَوْلُ اْلمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ
“Ucapan yang baik adalah sedekah.”
• Bagi manusia secara umum, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai dalam pergaulan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegahnya dari kemungkaran, menunjukinya jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak mereka, dan tidak mengganggu mereka dengan tidak melakukan hal-hal dapat mengusik serta melukai mereka.Ketujuh, Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang.
Berbuat ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya diluar kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat menyembelih, hendaklah dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak menyiksanya, serta menggunakan pisau yang tajam.
Inilah sisi-sisi ihsan yang datang dari nash Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
• Beberapa contoh ihsan dalam hal muamalah
Pada Perang Uhud, orang-orang Quraisy membunuh paman Rasulullah saw, yaitu Hamzah. Mereka mencincang tubuhnya, membelah dadanya, serta memecahkan giginya, kemudian seorang sahabat meminta Rasulullah saw. berdoa agar mereka diazab oleh Allah. Akan tetapi, Rasulullah malah berkata :
اَلَّلهُمَّ اهْدِ قَوْ مِيْ فَاِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Ya Allah, ampunilah mereka, karena mereka adalah kaum yang bodoh.”
Contoh kedua, suatu hari, Umar bin Abdul Aziz berkata kepada hamba sahaya perempuannya, “Kipasilah aku sampai aku tertidur.” Lalu, hambanya pun mengipasinya sampai ia tertidur. Karena sangat mengantuk, sang hamba pun tertidur. Ketika Umar bangun, beliau mengambil kipas tadi dan mengipasi hamba sahayanya. Ketika hamba sahaya itu terbangun, maka ia pun berteriak menyaksikan tuannya melakukan hal tersebut. Umar kemudian berkata, “Engkau adalah manusia biasa seperti diriku dan mendapatkan kebaikan seperti halnya aku, maka aku pun melakukan hal ini kepadamu, sebagaimana engkau melakukannya padaku”.
C. Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang—yang diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya, maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah saw. mengatakan dalam sebuah hadits :
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَ خْلَاقِ
“Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapa pun kita, apa pun profesi kita, dimata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya. Semoga kita semua dapat mencapai hal ini, sebelum Allah SWT mengambil ruh ini dari kita. Wallahu a’lam bish-shawwab.
Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2009/10/20/4358/ihsan-berbuat-yang-terbaik/#ixzz3iOTJ6e2H
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Ulang Tahun

IMG_6974

Terimakasih kepada semua saudara, kerabat atas perhatiannya dihari lahir saya. Saya terus terang terharu dan gembira membacanya.
Saya juga berterimakasih kepada Ibu saya tercinta yang 53 tahun lalu telah melahirkan saya dengan susah payah. Tahun 1961 belum ada dokter yang canggih ditempat saya lahir (Banjarbaru-Kal Sel), jadi kami dibantu sorang Bidan. Ibu saya mempertaruhkan hidup dan matinya untuk melahirkan kami berdua. Semoga Allah membuang segala kejelekannya dan menghisab kebaikannya, Aamiin YRA.

Usia saya bertambah, tapi kenyataannya sisa umur saya di dunia semakin berkurang. Semoga sisa umur yang tersisa ini bisa saya pakai tiap detiknya untuk berbuat baik untuk kedua orang tua saya, Istri, anak-anak saya, keluarga handai taulan, dan sesam muslim pada umumnya, dan Bertaqwa kepada Allah s.w.t

Kesedihan, kesempitan, dan mendapat perkataan yang tidak mengenakkan pasti ada, jika kita sadar akan makna hidup kita yakni agar digolongkan orang Bertaqwa oleh Allah s.w.t maka semua itu tidak berarti apa-apa. Yang utama adalah Selama kita masih diberi kemampuan untuk menjalankan Ibadah kepada Allah s.w.t menjalankan ajarannya dan menjauhi larangannya agar dimasukkan menjadi insan yang Bertaqwa itu yang utama.

Hidup adalah perjuangan yang panjang, orang hidup perlu bekal Ilmu pengetahuan, dan bekal aml soleh untuk bekal setelah mati. Harta tidak menemani kita dialam kubur, keluarga, sanak keluarga dan teman hanya mengantar sampaik pekuburan, tapi amal soleh yakni amal jariah, ilmu bermanfaat dan doa anak yang soleh adalah kekal yang kita bawa dialam kubur. Tentu yang terakhir saya harapkan dari anak-anak saya.

Tentu masih banyak kekurangan dan khilaf, kita hanya manusia biasa, untuk itu mohon dibukakan pintu maaf. Semoga ikhtiar kita agar dimasukkan menjadi orang yang Bertaqwa untuk mendapatkan SyurgaNya dengan bantuan Saffat dari Rasulullah Muhammad s.a.w, Allah s.w.t memperkenankanNya…..Aamiin…Aamiin…Ya Robal Alamin.

Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad, “Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18 )

Jakarta, Senin 29 September 2014

Overland Journeys Adventures part 1

Acara liburan akhir tahun sudah rutin diisi dengan liburan ke luar kota, cuma waktunya belum pasti tanggalnya. Nunggu klop waktu libur bareng, biar nggak ada pikiran selama dalam perjalanan.
Akhirnya disepakati perjalanan dilakukan hari Minggu pagi tanggal 22 Desember 2013. Sehingga tanggal 21 Desember bisa bermalam minggu di Jakarta tempat tinggal kami. Karena rencana berangkat pagi hari nggak papalah tidur agak malam, dengan pikiran ada waktu tidur yang cukup. Kalau nggak salah hari itu kita ke PARC 19 Bistro Terrace Kemang, menghabiskan malam Minggu disana. Dari Kemang kita pulang kerumah di Jakarta Barat nyampek jam 10 an lebih dikit, dan langsung bersiap untuk istirahat, karena besok tugas sebagai “pilot” perjalanan. Kita sekeluarga berempat plus “Bobby” si kucing jantan anggora juga ikut.
Sedang nyenyak-nyenyaknya tidur jam 2 malam dibangunin oleh “Kapolda” katanya “ayo kita berangkat sekarang”. Karena kaget dan nyawa belim menyatu saya bilang “ngapain sekarang, besok pagi aja”. “Kapolda” bilang “nggak-nggak sekarang, ayo-ayo bangun”. Dari pada suasana tidak “kondusit” dengan bersungut-sungut saya bergegas pergi mandi :(.
Setelah semua anggota siap (termasik “Bobby”), kita cabut dari rumah Jam 2 an lewat dikit pagi. Tujuan kita adalah mau ke Bali tapi singgah ke Malang, orang kita semua ada di Malang. Rutenya adalah lewat Pantura : tol Cikampek, Indramayu, Cirebon, Pemalang, Kendal, Semarang, Kudus, Rembang, Tuban, Lamongan, Gersik, Sidoarjo, Gempol, Pasuruan, Lawang, dan Malang.
Peta Rute JKT-Bali-JKT
Seperti biasa pada masa sesi liburan panjang Pantura padat merayap, rute pantura dipilih karena berdsarkan pengalaman waktu tempuh lewat pantura lebih cepat, dikarenakan jalan cukup lebar dan dua jalur, masing-masing jalur cukup lebar; ditambah banyak jalur tolnya misalnya jalur Tol Kanci – Pejagan, terus Tol Gersik – Pasuruan di Jawa Timur.
Kita sudah berpuluh-puluh kali ke Malang, mengingat dulu kita lama di Bandung, yang lebih banyak mengambil Rute Selatan ( Bandung, Tasik, Ciamis Kebumen, Purworejo, Jogja, Solo, Ngawi, Caruban, Kertosono, Pare, Pujon, Batu, dan Malang), karena setiap Lebaran pasti Pulkam ke Malang.
Kembali ke Rute perjalanan, begitu masuk Tol Kanci – Pejagan, keluar Tol Brebes jam 7 pagi waktu sarapan pagi, menunya Sate Kambing Muda plus Gulai Kambing pas untuk tambah energi. Perjalanan Brebes ke arah Semarang cukup lancar, karena hari Minggu dan tidak banyak Truk Gandengan di jalan; mungkin udah deket Natal kayaknya. Nyampek Semarang udah Siang (waktu Dhuhur). Co-Driver “Dhika”, dia sempet nyetir gantiin selepas Semarang sampek Rembang. Makan siang di Semarang. Tentu saja ada beberapa perhentian untuk isi bensi, buang air kecil dan kasik makan si “Bobbi” kucing angora yang juga ikut dalam perjalanan. Kita makan malam kalau tidak salah di Rembang, kita buru-buru ngejar waktu, karena berkejaran dengan stamina yang sudah mulai menurun. Untuk menjaga stamina kita pakai Coffee 78c, Coffee Nescafe, permen Kopiko, Niu Green Tea, Aqua dan tidak lupa obat gosok Counterpain.
Jalan memasuki Tuban selepas Rembang cukup keriting sehingga mobil tidak di pacu kencang dibawah 80 km/jam. Keceptan bisa dipacu jika penumpang terlelap tidur, jika masih ada yang terbangun akan banyak complaint, tidak enak lah, nggak bisa tidur, takut dll.
Memasuki Lamongan jalan cukup baik tapi masuk Gersik jalan sempit dan bergelombang. Masuk pintu Tol Gersik semangat terpacu lagi, karena bisa dipacu dengan kecepatan tinggi waktu itu jam 11 malam. Tol Gersik tersambung sampai Pasuruan. Dulu sebelum terjadi luapan Lapindo Tol ini tersambung sampai Gempol. Keluar dari Tol ke arah Gempol Jam menunjukkan jam 01.30 pagi. Jadi kita berkendaraan hampir 24 jam non-stop. Selepas Gempol karena tengah malam jalan “Lancar Djaya” sampai Lawang, Singosari dan akhirnya Malang, jam menunjukkan jam 03.00 pagi. Jadi kita 25 jam perjalanan non-stop. Sampai Malang kita bergegas beresin barng, setelah bersalaman dengan mertua, basa-basi sedikit kita cabut istirahat, tentu setelah sikat gigi dan bersihin badan. Tidak kebayang capeknya badan ini kita jalan terasa tidak menyentuh tanah (ngleyang atau melayang istilahnya)

Dunia Angkasa

PARASAILING : adalah kegiatan rekreasi sewaktu seseorang melayang ke udara dengan menggunakan Parasut khusus dengan ditarik oleh suatu kendaraan (biasanya kapal). Sewaktu kendaraan melaju, orang tersebut akan terangkat ke udara. Bahkan, jika kendaraan tersebut cukup kuat, dua atau tiga orang dapat ditarik dan diangkat ke udara sekaligus. Meskipun awalnya dimulai sebagai olahraga air, kegiatan yang sepintas mirip dengan Paralayang ini kini mulai juga dilakukan di darat dengan ditarik oleh kendaraan darat (id.wikipedia.org).
IMG_0307
Foto di atas adalah Foto saat mengudara. Ada sensasi tersendiri dari kita masih menginjak Bumi kemudian terbang melayang menjauh meninggalkan Bumi, bersamaan dengan itu pada saat kita melihat ke bawah benda-benda, orang, dan Bumi/Pantai menjadi kecil. Ada rasa kengerian sesaat jika kita terhempas dari ketinggian yang sangat tinggi tersebut. Setelah sadar bahwa nyawa kita milik Allah dan saat itu juga kita merasa kecil, tidak berdaya jika atas kekuasaanNya.
IMG_6186
Saat menjelang mendarat, lega menginjak Bumi yang tercinta 🙂
Lokasi Parasailing Tanjung Benoa, Nusa Dua Bali.
Tarif Rp.100,000/5 menit
PARALAYANG (PARAGLIDING) : adalah olahraga terbang bebas dengan menggunakan sayap parasut yang lepas landas dengan kaki untuk tujuan rekreasi atau kompetisi.
Olahraga paralayang lepas landas dari sebuah lereng bukit atau gunung dengan memanfaatkan angin. Angin yang dipergunakan sebagai sumber daya angkat yang menyebabkan parasut ini melayang tinggi di angkasa terdiri dari dua macam yaitu, angin naik yang menabrak lereng (dynamic lift) dan angin naik yang disebabkan karena thermal (thermal lift). Dengan memanfaatkan kedua sumber angin itu maka penerbang dapat terbang sangat tinggi dan mencapai jarak yang jauh. Yang menarik adalah bahwa semua yang dilakukan itu tan[a menggunakan mesin, hanya semata-mata memanfaatkan angin (id.wikipedia.org).

Foto di atas adalah Paralayang dari Puncak Gunung Banyak, Batu Malang – Jawa Timur; bersama Tandem Master Reza, Atlit PON Jawa Timur.
Tarif 1 Paket/Basic Tandem Rp.350,000.
Lokasi : Gunung Banyak, Batu Malang-Jawa Timur.

Seri Foto Terumbu Karang Tj Ulie

Menampilkan Seri Foto Terumbu Karang Pantai Tj Ulie.
Foto Ini diambil dari beberapa Seri perburuan Taman Bawah Laut.
Terumbu Karang #1
Seri Foto Berikutnya adalah Terumbu Karang, spotnya tidak begitu jauh dengan Bunga Terumbu Karang.
Terumbu Karang#2
Seri Foto Berikut adalah Terumbu Karang yang hidup dikedalam Laut yang agak dalam.
Trumbu Karang #3
Seri Foto terakhir adalah seri taman laut di kedalaman rendah.
Terumbu Karang #3

Working at Remote Area

Tanah Bernickel

Tanah Bernickel

Sarana Transportasi di Remote Area

Sarana Transportasi di Remote Area

Sama anak-anak Local

Sama anak-anak Local

Field Brake

Field Brake

Ores Nickel Sample

Ores Nickel Sample

Ready to Landing

Ready to Landing

Fly over green Forest

Fly over green Forest

On Board  Helicopter to Site

On Board Helicopter to Site

Working at Remote Area dapat diartikan bekerja jauh dari pusat peradaban, biasanya dipelosok Hutan atau daerah pedalaman yang sarana dan prasarananya belum ada yang harus dibuat sendiri oleh perusahaan tersebut (jauh dari peradaban modern…..
Ini adalah keputusan Revolusiner saya yang ke dua dalam hidup saya (kerja di Hutan), keputusan yang sulit untuk menerima penawaran kerja ini. Bayangkan 15 tahun kerja dikota sejuk Paris Van Java (Bandung/Comfort zone), kemudian 7 tahun di Jakarta (ini Revolusi hidup saya yang ke 2) hidup nyaman di kota besar. Keputusan Revolusioner pertama adalah memutuskan pindah dari kota sejuk Bandung ke Jakarta. Saya teringat goyonan Bos saya di Jakarta dia bilang “bener kamu mau pindah ke Jakarta, temen saya kalau saya ajak meeting di Jakarta, pertanyaan pertama yang dia tanya adalah Jam berapa jadwal kereta api balik ke Bandung” (he..hee…heee dia kepingin cepet-cepet balik ke Bandung padahal baru nyampek Jakarta …..
Saya bekerja di perusahaan tambang Nickel, tau sedirilah nggak ada tambang di kota, yang ada di pedalaman lah. Letak tambangnya di Halmahera Tengah 20 menit penerbangan pakai twin otter dari Bandara Sultan Babullah, Ternate, sekita 5 jam overland (lewat darat). Waktu ngalami overland karena Helicpternya lagi di maintenance, baru ngerasa tempat kerjnya jauh masuk ke hutan belantara, seperti masuk ke lorong “tikus”….wah ngrasa nego gajinya kurang gede…karena resiko (nyawa) nya gede, jauh dari keluarga…
Sebelum memutuskan kerja disini yang terbayang adalah kerusuhan Ambon, maklum waktu itu saya belum tau dmana itu Halmahera/Ternate (pikiran saya deket Ambon nih), dan terbayang penduduknya sangar-sangar, dengan postur besar dan hitam. Jujur saja keputusan ini diambil karena penawaran Salary nya yang bisa untuk hidup cukup lumayan di Jakarta. Walaupun kenyataanya setelah kerja di sini masih saja kurang (tidak merasa cukup). Benar kata orang bijak bahwa menggapai keinginan tak ubahnya mengejar bayangan kita sendiri yang tidak akan pernah tergapai. Selalu saja terus mersa kurang…kurang…dan kurang, itulah realita kehidupan hee…heee, katanya kalau nggak gitu nggak maju :). Ya sudah dijalani saja, kerja disini 5 minggu (Sabtu, Munggu tetap masuk), 2 minggu cuti/off…kebayang kan betenya…
Awal perjalanan kerja disini, dari Jakarta naik Garuda (via Makassar) 4,5 jam penerbangan tujuan Ternate, dari Ternate pakai Copper (helicopter) ke Site, 20 menit penerbangan (penerbangan berikutnya pakai Twin Otter karena karyawan Fifo/first in first out makin banyak). Dalam penerbangan ke Site melintasi Pegunungna dengan hutan yang lebat, wah kebayang deh tempat kerjanya kayak apa (udah feeling lonely banget). Sampai di Site baru keliatan sarana dan prasarananya, jalan masih makadam (jalan tanah yang dilapisi tanah gamping/limestone) tempat kantornya dari kayu (kayak gudang semen toko bangunan di Jawa), messnya juga bangunan terbuat dari kayu (kayak pengungsi), tapi semua ada AC nya…he..hee..heee..:). Perkampungan penduduk terdekat sekitar 7 km. Sekarang sudah cukup lumayan, tidurnya di Bungalow, kantornya udah bangunan permanen.
Amazingly, I’m persist working here almost 2,5 yeras :)….

Welcome to new world….in middle of no where….no way to return….. :).

Journey to Goa Sagea

Goa SageaMendekati pintu GoaNampang setelah dorong KetingtingPermukaan Sungai dangkal, perahu harus didorong

Di Dalam Goa Sagea, Halmahera Tengah-Maluku Utara

Di Dalam Goa Sagea, Halmahera Tengah-Maluku Utara

IMG_6604IMG_6595IMG_6594Perjalanan ini berlangsung pada pertengahan Maret 2011 dua tahun yang lalu.

Dari Camp ke perkampungan Sagea menempuh perjalanan sekitar 30 menit, dan dilanjutkan dengan “ketingting (perahu kecil). Sampai diperkampungan perjalanan dilanjutkan melalui sungai. Waktu perjalanan melalui sungai yang paling tepat adalah pagi hari, karena permukaan sungai masih tinggi. Kedalaman sungai tidak merata, yang berbahaya jika baling baling perahu kandas kena batu, maka bisa celaka (kemalaman di hutan perawan).
Semakin dalam menyusuri sungai, semakin lebat hutannya dan masih murni (tidak ada yang merambah). Lebar sungai juga makin menyempit dan kedalaman tidak merata dan lebih dangkal dibandingkan dengan hilir sungai.
Hutan di kiri dan kanan juga semakin lebat. Persaan juga semakin mencekam, karena kalau terjadi apa-apa tidak akan ada yang menolong, kecuali upaya kita sendiri. Maka perjalanan sangat hati-hati, untungnya kita bisa melihat pemandangan pedalaman sungai yang tidak pernah kita lihat, juga terlihat sepasang burung Rangkok terbang dekat perahu, dimana kepakan sayapnya jelas terdengar.
Alur sungai ada yang sangat krusial, dimana permukaan airnya dangkal, dan kita terpaksa turun untuk ikut membantu mendorong perahu.
Oh iya sewa ketingting 400 ribu setelah negosiasi tentunya, dengan ABK 2 orang, satu orang mengendalikan di depan, satu orang juru mesin & kemudi.

Setelah berjuang sekita satu jam, maka sampailah ke dalam Goa Sagea.
Menurut cerita kedalam Goa ini belum ada yang sampek keujung Goa karena panjangnya. Sudah ada beberapa ekspedisi dari Luar Negeri (Perancis) mereka balik sebelum sampai ke ujung Goa.
Lega rasanya nyampek di Goa setelah berjuang mengalahkan kekhawatiran, maklum hutannya lebat banget dan jauh dari perkampungan terdekat.
Perjalanan Pulang relatif gampang karena hanya mengikuti aliran sungai ke hilir (Laut).
Kita bisa lebih santai menikmati pemandangan kiri dan kanan hutan, melihat Flora dan Fauna, melihat aneka satwa burung dan keindahan aliran sungai.
Menjelang Maghrib kita sampai diperkampungan Sagea dengan selamat, dan dilanjutkan dengan mobil LV 4 while drive ke Site/Camp.

Thanks God.
IMG_6597